Makalah Akidah Akhlak "Kisah Siti Fatimah dan Uwais Al-Qarni"


Kata pengantar
Bismillahhirahmannnirrahim

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., karena atas rida dan limpahnya ilmu-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makala ini sebagai penunjang pembelajaran. Selawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw., karena atas jasa beliaulah kita menjadi masyarakat yang beradad dan berilmu pengetahuan.
Penyajian makala ini dimulai dengan uraian materi yang disajikan dengan bahasa yang komunikatif serta mudah dipahami, jika mendapat kesulitan, selesaikanlah dengan cara berdiskusi bersama teman-temanmu atau bertanya kepada Bapak/Ibu Guru disekolah.
Kebenaran dan kesempurnaan adalah milik Allah swt., semata. Penulisan makala ini menyadari bahwa makala ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapan untuk sempurnanya makala ini di masa yang akan datang.
Selamat belajar, semoga bermanfaat.


Penulis





DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………………………………………………1
Daftar isi……………………………………………………………………………………………………………..2
A       Kisah Siti Fatimah………………………………………………………………………………………3
1       Kelahiran……………………………………………………………………………….3
2       Pernikahan…………………………………………………………………………….4
B       Kisah Uwais Al-Qarni………………………………………………………………………………….5
1       Kehidupan……………………………………………………………………………..5
2       Berangkat menuju Madinah…………………………………………………..6
3       Wafat…………………………………………………………………………………….7
C       Kesimpulan………………………………………………………………………………………………..8















A      Biografi Siti Fatimah

1        Kelahiran
Kelahiran Fatimah disambut gembira oleh Rasulullahu alaihi wassalam dengan memberikan nama Fatimah dan julukannya Az-Zahra, dengan gelar adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya). Di antara anak wanita Rasulullah s.a.w, Fathimah Az-Zahra r.a, merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaiman yang diucapkan oleh Khadijah:
"Pada waktu kelahiran Fartimah r.a, aku meminta bantuan wanita-wanita Qurays tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati mereka dengan mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah seorang dri mereka menyapaku: "Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa, Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah r.a lahir."
Di antara anak wanita Rasulullah s.a.w, Fathimah Az-Zahra r.a, merupakan wanita paling utama kedudukannya. Kemuliannya itu diperoleh sejak menjelang kelahirannya, yang didampingi wanita suci sebagaiman yang diucapkan oleh Khadijah:
"Pada waktu kelahiran Fartimah r.a, aku meminta bantuan wanita-wanita Qurays tetanggaku, untuk menolong. Namun mereka menolak mentah-mentah sambil mengatakan bahwa aku telah menghianati mereka dengan mendukung Muhammad. Sejenak aku bingung dan terkejut luar biasa ketika melihat empat orang tinggi besar yang tak kukenal, dengan lingkaran cahaya disekitar mereka mendekati aku. Ketika mereka mendapati aku dalam kecemasan salah seorang dri mereka menyapaku: "Wahai Khadijah! Aku adalah Sarah, ibunda Ishaq dan tiga orang yang menyapaku adalah Maryam, Ibunda Isa, Asiah, Putri Muzahim, dan Ummu Kultsum, Saudara perempuan Musa. Kami semua diperintah oleh Allah untuk mengajarkan ilmu keperawatan kami jika anda bersedia". Sambil mengatakan hal tersebut, mereka semua duduk di sekelilingku dan memberikan pelayanan kebidanan sampai putriku Fathimah r.a lahir."
Rasulullah sangat menyayagi Fatimah, Rasulullah mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya takala diatas mimbar:” Sungguh Fatimah bagian dariku , Siapa yang membuatnya marah berarti membuat aku marah”. Dan dalam riwayat lain disebutkan,” Fatimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.

Fatimah Az-Zahra tumbuh menjadi seorang gadis yang tidak hanya merupakan putri dari Rasulullah, namun juga mampu menjadi salah satu orang kepercayaan ayahnya pada masa Dia. Fatimah Az-Zahra memiliki kepribadian yang sabar,dan penyayang karena dan tidak pernah melihat atau dilihat lelaki yang bukan mahromnya. Rasullullah sering sekali menyebutkan nama Fatimah, salah satunya adalah ketika Rasulullah pernah berkata " Fatimah merupakan bidadari yang menyerupai manusia".
2        Pernikahan
Ketika usianya beranjak dewasa, Fatimah Az-Zahra dipersunting oleh salah satu sepupu, sahabat sekaligus orang kepercayaan Rasulullah, Pada hari jum'at, tahun 2 Hijrah, beliau menikahkannya  dengan Ali bin Abi Thalib.
Dari pernikahannya suci yang diberkati oleh Allah SWT, beliau dikaruniai dua orang putra dan dua orang putri; Hasan dan Husein, Zainab dan Ummi Kaltsum, mereka semua terkenal sebagai orang yang sholeh, baik dan pemurah hati. Sebenarnya ada satu lagi anak Fatimah Az Zahra bernama Muhsin ,tetapi Muhsin meninggal dunia saat masih kecil. Fathimah bukan hanya seorang anak yang paling berbakti pada ayahnya, tapi sekaligus sebagai seorang istri yang setia mendampingi suaminya disegala keadaan.

Tidak hairan, jika setelah wafat baginda Rasulullah, beliau sangat sedih dan berduka cita, hatinya menangis dan menjerit sepanjang waktu. Namun perlu diketahui bahwa kesedihan dan tangisannya itu bukanlah semata-mata kehilangan Rasulullah s.a.w tapi juga beliau melihat kelakukan umat sesudahnnya yang sudah banyak menyimpang dari ajaran ayahnya, dimana penyimpangan itu akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan mereka.
Kehidupan Fathimah az-Zahra r.a, wanita agung sepanjang masa adalah kehidupan yang diwarnai kesucian, kesederhanaan, pengabdian, perjuangan dan pengorbanan bukan kehidupan yang diwarnai kemewahan yang ramah dan lembut.
Fathimah hanya hidup tidak lebih dari 75 hari setelah kepergian ayahnya. Pada tanggal 14 Jumadil Ula, tahun 11 Hijrah wanita suci, wanita agung dan mulia sepanjang masa, menutup mata dalam usia yag relatif muda yaitu 18 tahun.
Namun sebelum wafatnya beliau mewasiatkan keinginan kepada Imam ali as yang isinya:
a)      Wahai Ali, engkau sendirilah yang harus melaksanakan upacara pemakamanku.
b)      Mereka yang tidak membuat aku rela/ridha, tidak boleh menghadiri pemakamanku.
c)      Jenazahku harus dibawa ke tempat pemakaman pada malam hari.

Oleh kerana itulah, sehingga sekarang makam sebenar Siti Fatimah ra tidak dapat digambarkan ketepatan posisi dan kedudukannya di dalam peta, hanya pendapat dan andaian yang paling popular digunapakai sebagai makam Siti Fatimah untuk ummat islam menziarahi kuburnya sebagai memperingati beliau selaku anak Rasulullah s.a.w yang ditinggikan derajatnya oleh Allah swt.

Fathimah Az-Zahra, "Putri bungsu Rasulullah s.a.w, telah tiada. Tidak ada ungkapan yang mampu mengambarkan keagungan Fathimah Az-Zahra yang sebenarnya


B       Kisah Uwais al-Qarni

1       Kehidupan
Uwais Al Qarni adalah seorang pemuda yang berasal dari negeri yaman, ia sudah memeluk islam saat Nabi Muhammad Saw mengirim para sahabat untuk berdakwah di tanah yaman, ketaatannya sangat kuat terhadap islam dan kecintaannya terhadap Rasulullah sungguh luar biasa. Uwais Al Qarni tidak memiliki saudara dekat, tidak ada ahli sejarah menyatakan secara pasti siapa nama ayah kandungnya namun ia dikenal dengan anak yatim, ia mengasuh ibunya seorang diri, dengan kondisi ibu yang sudah tua, sakit-sakitan dan buta penglihatannya Uwais Al Qarni merawat ibundanya dengan penuh kecintaan. pekerjaannya sehari-sehari mengembala untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama ibunda. suatu hari Uwais Al Qarni pernah terjangkit penyakit kusta, namun dengan penyakit itu dia tetap kuat dalam ibadahnya, dalam doanya ia meminta kesembuhan namun tidak seluruh tubuhnya, melainkan ia memohon kepada Allah untuk meninggalkan sisa penyakit sebesar logam dibagian tubuhnya agar ia bisa selalu mengingat penyakit itu.
Setiap ia mendengar berita masyarakat yaman yang baru pulang dari madinah mereka menceritakan sudah bertemu dengan Rasulullah, kerinduan Uwais Al Qarni terhadap sang nabi semakin kuat, ia senantiasa berharap dapat dipertemukan dengan Rasulullah, namun ia tidak rela meninggalkan ibunya.
Dikisahkan pernah suatu hari sampai berita ke yaman bahwa Rasulullah dan para sahabat terdesak di perang uhud, Rasulullah mengalami luka hingga giginya patah karena dilempari dengan batu oleh musuh, mendengar berita itu . Uwais Al Qarni memukul-mukul giginya dengan batu hingga patah, ini merupakan kuatnya cintanya terhadap Rasulullah meskipun ia belum prnah bertmu.



2        Berangkat Ke Madinah
Karena kerinduan yang sangat membara, dia memberanikan diri meminta izin kepada ibunya untuk berangkat pergi ke madinah, namun dalam hatinya ia hanya berpegang teguh pada keputusan sang ibu, jika sang ibu tidak mengizinkan maka iapun tidak akan pergi, namun ibunya memaklumi keinginan Uwais Al Qarni, dia memberi izin namun segera kembali ke yaman jika sudah sampai di madinah, kerena ibunya sudah uzur membutuhkan bantuan sang anak.
Setelah mengecup kening sang ibu Uwais Al Qarni  berangkat pergi ke madinah, dia sangat semangat dan bergembira dalam perjalanan karena akan bertemu dengan orang yang telah ia rindukan.
Dalam catatan sejarah, banyak rintangan yang dialami Uwais Al Qarni di perjalanannya menuju madinah, sampai ia kehausan di padang pasir dan untanya juga mati di tengah teriknya matahari, namun dengan izin Allah, Uwais Al Qarni sampai di madinah.
Sesampainya di Madinah Uwais Al Qarni sangat bergembira saat melihat pintu gerbang madinah, dengan penuh semangat ia memasuki kota madinah dan menanyakan rumah Rasulullah, dalam satu kisah diakatakan Uwais Al Qarni langsung ke rumah Rasulullah yang berada di dekat masjid, saat menegtuk pintu ia bertemu dengan anak nabi Saayidah Fathimah. betapa terkejutnya Uwais Al Qarni setelah mendengar bahwa Rasulullah tidak ada di madinah melainkan berada di medan perang.
Dengan penuh kekecewaan ia berdiri sejenak di depan mesjid memandang tempat para sahabat sholat dan memperhatikan sebuah tempat tinggi dalam benaknya ia membayangkan Rasulullhah berdiri disana.
Sepanjang hari ia menunggu, namun tidaklah mungkin ia menuggu sampai Rasulullah pulang dari medan perang, Uwais Al Qarni  teringat sang ibu, maka ada kegundahan di dalam hatinya, sejauh ini datang apakah harus menuggu rasulullah atau pulang untuk pulang kembali merawat ibu. dengan matap ia memilih untuk pulang kembali dengan penuh kekecewaan, karena ia teringat ibunya sudah tua dan sangat membutuhkannya.
Sepulang Rasulullah dari peperangan beliau langsung menanyakan tentang orang yang mencarinya dan Sayyidah membenarkannya, Rasulullah bersabda "Uwais Al Qarni  adalah anak yang sangat taat kepada ibunya, ia adalha penghuni langit, sangat masyhur namanya di langit.

Dalam Hadits lain Rasulullha bersabada " jika kalian berjumpa dengan Uwais Al Qarni , perhatikanlah di telapak tangannya ada tanda putih" kemudian Rasulullah Saw memandang kepada Ali bin Abi Tahlib dan Umar Bin Khattab, seraya mengatakan "jika suat saat nanti kalian bertemu dengannya mintalah doa dan istighfarnya dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi.
Pada masa sepeninggal Rasulullah, kekhalifan dipimpin Abu bakar namun Uwais Al Qarni tidak ditemukan, namun pada masa kepemimipinan Umar Bin Khattab belia selalu sibuk menanyakan kepada setiap kafilah yang datang dari yaman "adakah Uwais Al Qarni bersama kalian."
Namun setelah beberapa kali umar melakukan itu, pada suatu hari di benar-bernar bertemu dengan Uwais Al Qarni, ia memperhatikan penampilan Uwais Al Qarni sesuai dengan yang disabadakan Rasulullah. Dikisahkan pertemuan dengan Uwais Al Qarni ini Umar bin khattab ditemani oleh Ali bin Abi thalib.mereka langsung meminta doa dan istighfar dari uwais, pada awalnya uwais tidak mau namun karena desakan maka ia mengadahkan tangganyan dan kemudian beristighfar.

3        Wafatnya Uwais Al Qarni 
Setelah pertmuan dengan Umar Bin Kahttan dan Ali, Uwais Al Qarni tidak terdengar lagi bertanya, pada pertmuan itu ia ditawarkan untuk tinggal di madinah dan dipenuhi segala kebutuhannya, namun ia menolak.
Sebagian besar ahli sejarah sepakat bahwa Uwais Al Qarni wafatnya di yaman, namun tidak ada yang tahu persis tanggalnya, wafatnya Uwais Al Qarni ini sangat unik.  begitu banyak orang yang membantu dan mengurus jezajahnya. sehingga mencengangkan penduduk kota yaman, mereka hanya  mengenal Uwais Al Qarni  seorang fakir dan tidak ada keistimewaan di mata masyarakat.
Dalam sejarah juga disebutkan baha makam Uwais Al Qarni hilang tanda dan tidak ada kepastian kebanaran posisi makamnya, sungguh benar Uwais Al Qarni  adalah penghuni langit.

Kesimpulan

Dari kisah Siti Fatimah Azzahra mengajarkan kita untuk  memiliki kepribadian yang sabar, patuh kepada orangtua, dermawan, dan penyayang antar sesama. Rasulullah sering kali menyebutkan nama Fatimah, salah satunya adalah ketika Raulullah pernah berkata “Fatimah merupakan bidadari yang menyerupai manusia”.
Dan dari kisah Uwais Al Qorni mengajarkan kita untuk berbakti dan patuh kepada orang tua, hidup yang sederhana dengan penuh berkah, selalu melaksanakan sunah Rasul, cukup dirinya dan Allah yang tahu tentang hidupnya, sabar dalam cobaan yang didapatnya, mensyukuri apa yang telah Allah berikan 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Materi surat At Tahrim ayat 6 dan surat Taha ayat 132

Lirik lagu Hoodie Coklat - Willy Anggawinata